Kaitan Antara Stres Kerja Shift dan Tingkat Serotonin

Abad 21 paling baik dicirikan oleh munculnya teknologi ultra-modern, komersial dan bisnis global, dan keinginan yang tak terbendung untuk maju dan maju. Karena faktor-faktor ini, perusahaan bisnis bersaing di dunia di mana perekonomian aktif 24 jam sehari, tujuh hari seminggu.

Fenomena ini menimbulkan tuntutan akan karyawan yang akan bekerja bahkan pada malam hari hingga dini hari. Jadwal kerja ini membalikkan gaya hidup karyawan, menjadikan hari sebagai waktu mereka untuk tidur. Pergeseran dapat mengganggu fungsi tubuh normal, menghambat siklus tidur, dan menurunkan kadar serotonin tubuh.

Kaitan Antara Stres Kerja Shift dan Tingkat Serotonin

Serotonin adalah neurotransmitter yang ditemukan di sistem saraf pusat dan memengaruhi berbagai fungsi seperti suasana hati, tidur, seksualitas, dan nafsu makan. Neurotransmitter ini juga dapat meningkatkan regenerasi sel.

Studi menunjukkan bahwa pekerja shift non-hari cenderung memiliki tingkat hormon "perasaan senang" yang lebih rendah yang disebut serotonin. Peneliti di Universitas Buenos Aires yang dipimpin oleh Dr. Carlos J, Pirola mempelajari 683 pria dan membandingkan 437 pekerja harian dengan 246 pekerja shift. Hasilnya, kadar serotonin pekerja shift, yang diukur melalui tes darah, secara signifikan lebih rendah daripada jadwal hari biasa.

Selain penurunan kadar serotonin, pekerja shift juga ditemukan memiliki kolesterol yang lebih tinggi, rasio pinggul-ke-pinggang, tekanan darah yang meningkat, dan kadar trigliserida yang lebih tinggi.

Karena kadar serotonin mengatur pola tidur dan fungsi tubuh lainnya, studi Universitas Buenos Aires menyarankan bahwa kerja shift juga dapat menyebabkan apa yang disebut Gangguan Tidur Saat Bekerja. Orang dengan kelainan ini cenderung tetap terjaga pada saat mereka seharusnya tidur. Orang-orang ini bisa sangat lelah selama jam-jam bangun. Gangguan ini terjadi karena adanya jadwal kerja yang berlangsung selama periode tidur normal. Karena itu, orang yang sulit tidur karena tubuhnya masih terprogram untuk terjaga. Waktu untuk tidur dan bangun berbeda dari yang diharapkan oleh jam internal tubuh.

Penelitian lain juga menemukan bahwa kerja nonstandar dan shift malam dapat mempengaruhi sistem kardiovaskular dan metabolisme. Studi ini menunjukkan bahwa ada kemungkinan bahwa kerja shift secara langsung bertanggung jawab atas tekanan darah tinggi dan peningkatan lemak tubuh, menurut para peneliti dari studi Buenos Aires. Selain terganggunya pola tidur, penurunan kadar serotonin juga terkait dengan kondisi lain seperti stres, kecemasan, dan depresi.

Perubahan gaya hidup dapat meningkatkan kadar serotonin. Untuk membuat kadar serotonin konsisten, pola tidur harus konsisten dan makanan harus menyertakan vitamin dan mineral yang diperlukan untuk mengontrol kadar serotonin. Obat dan zat tertentu seperti kafein, nikotin, alkohol, dan antidepresan harus dihindari karena dapat menguras produksi serotonin.

Jangan lupa kunjungi: Toko Karnus

Individu yang ingin meningkatkan kadar serotonin dapat menggunakan obat untuk membantu mencapai tujuan mereka. Asam amino 5-HTP dapat dikonsumsi sebagai suplemen dan meningkatkan kemampuan tubuh untuk memproduksi serotonin. Asam amino lain yang disebut L-triptofan digunakan oleh tubuh untuk memproduksi serotonin. Namun, sebelum mengonsumsi suplemen ini, pasien disarankan untuk meminta persetujuan dokter dan ahli kesehatan lainnya. Individu yang memilih untuk bekerja di malam hari harus mempertahankan istirahat yang cukup untuk mengurangi efek buruk yang mungkin timbul. Gaya hidup sehat dan pola makan bergizi dapat meningkatkan kadar serotonin dan meningkatkan kualitas hidup seseorang.

Popular posts from this blog

Cara Menyiarkan Konser Anda Secara Langsung